Bagian Ricikan Keris yang Wajib Diketahui

Keris pamorPara pandai besi memanaskan lapisan tipis logam, menumbuk dan melipat dan menggabungkan lapisan-lapisan ini menjadi satu. Dia terus memanaskan, menambahkan lebih banyak lapisan dan melipat ulang, terkadang lebih dari enam puluh kali, sampai produk yang diinginkan tercapai. Penempaan dan teknik melipat dan menumbuk logam yang berbeda menciptakan berbagai desain pada bilahnya, yang disebut pamor. Untuk menonjolkan detail polanya, campuran air jeruk nipis dan arsenik dioleskan pada bilahnya, yang mengubah besi dan baja menjadi hitam, sedangkan nikel tetap putih. Ini menciptakan kontras yang indah, menonjolkan desain pamor. 
 Pamor hadir dalam banyak varietas, masing-masing memiliki simbolisme tertentu. pamor dapat dibagi menjadi rekan dan tiban, masing-masing berarti "berkehendak" dan "takdir". Desain rekan/ kehendak direncanakan oleh pandai besi. Pola tiban/ takdir tidak direncanakan-serah pada kehendak Tuhan. Pola-pola ini memiliki konotasi spiritual yang sangat kuat. pamor diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam pola-pola tertentu. Corak pada keris khusus ini disebut "wos wutah", yang berarti "butir beras yang bertebaran". Hal ini dianggap membawa keberuntungan, ketenangan, dan kehidupan yang damai. 
Wos Wutah adalah dari kelas tiban, yang memberikan kekuatan spiritual dan energi yang kuat. Keris luk Dapur adalah bentuk bilahnya, meliputi dapur lurus (bilah lurus) dan dapur luk (bilah bergelombang). Dapur aneka keris pusaka juga termasuk fitur pada ganja, bagian yang lebar di pangkal bilah. Sedikit perbedaan dalam fitur-fitur kecil ini dapat membedakan satu jenis keris dari jenis lain yang tampak identik tanpa pengawasan yang cermat. Bilah lurus melambangkan naga yang sedang beristirahat, ular mitos, sedangkan bilah bergelombang (luk) melambangkan naga yang sedang bergerak. Yang pertama dimaksudkan untuk seseorang yang memiliki gaya hidup yang stabil dan konstan, yang terakhir untuk seseorang yang selalu bergerak. 
Bila dihitung dengan benar, luk berkisar antara 3-29, selalu ganjil. Setiap keris di atas luk 13 tidak biasa, dimaksudkan untuk seseorang yang berstatus sangat tinggi. Seperti halnya pamor, jenis dapur memiliki arti khusus. Penafsiran makna berbeda-beda tergantung ahlinya. Keris di Museum Sains memiliki luk 13. Simbolisme luk 13 paling sering diartikan sebagai kekuatan, dan kemampuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dalam situasi apa pun. 
Ganja adalah faktor lain dalam mendefinisikan dapur. Fitur pada ganja membantu untuk mencirikan keris. Ganja sebenarnya adalah bagian terpisah dari logam, yang melekat pada bilah dengan sambungan. Ujung yang lebih panjang dan tajam disebut aring, dan degu adalah ujung yang lebih pendek dan tumpul. Gerigi seperti gergaji bertindak sebagai penjaga untuk menangkap pedang lawan. Fitur pada ganja keris ini membantu untuk mengklasifikasikannya sebagai keris Parangsari, yang secara harfiah berarti 'esensi keris'. Ini dimaksudkan untuk seseorang yang ambisius dan bergerak. Keris Ganja dan Gagang Gagangnya berasal dari Keraton Surakarta (sekarang Solo) di Jawa Tengah. 
Ini memiliki tujuh sisi planar, dan hanya memiliki ukiran kecil yang mewakili topeng kala, iblis yang baik hati. Sebuah tonjolan kecil pada ukiran yang disebut kuncung melambangkan hidung. Sebelum Islam menjadi dominan, bentuk gagang telah bersifat antropomorfik. Karena Islam melarang penggambaran makhluk hidup, gagang ini menjadi abstrak. Gagang kayu Surakarta merupakan contoh indah dari ciri kesederhanaan yang anggun dari keris keraton pasca Islam. Sarungnya terbuat dari kayu dengan casing tembaga. Casingnya hanya sebagian, memungkinkan kayu mencapai puncak melalui slot di tengah, dan itu dikenal sebagai blowah (berlubang). 
Pangkal sarungnya, yang disebut wrangka, berbentuk perahu, yang diyakini sebagian orang melambangkan perahu bulan yang ditunggangi pahlawan mitos, Pangeran Panji. Keris asimetris tradisional budaya, adalah salah satu budaya yang melampaui fungsi intinya di mana ia digunakan untuk membunuh orang. Dahulu, laki-laki wajib membawa keris setiap keluar rumah untuk membela diri; itu tidak hanya budaya untuk seorang pejuang, tetapi juga dibutuhkan oleh rakyat jelata untuk mempertahankan hidup mereka ketika mereka dalam bahaya. 
Beberapa pejuang bahkan membawa lebih dari satu keris ke medan perang.Namun, selama masa damai, nilai budaya tradisional berangsur-angsur berubah dan sekarang bukan hanya sebagai alat untuk membunuh; itu menjadi objek spiritual yang mendefinisikan pengguna dan budaya mereka.Ia juga menjadi pakaian upacara yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia karena nilai sosial dan spiritualnya yang menonjol. Meskipun keris tidak digunakan sebagai budaya utama para pejuang, keris tetap menjadi budaya yang penting karena dapat menyelamatkan nyawanya. Ada masanya budaya tradisional digunakan secara luas untuk menumpahkan darah rakyat dalam peperangan dan bagi sebagian orang, itu menjadi simbol kekuasaan.