tag:blogger.com,1999:blog-44190225060601513112024-03-08T00:46:11.898-08:00Miah000Miah000 adalah Pusat Informasi Mengenai Jual Pusaka Keris NusantaraMek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-40640877773039310882022-01-08T08:28:00.004-08:002022-01-08T08:29:44.806-08:00Motif Dhapur Keris Pusaka SepuhDhapur dan pamor keris terjangkaumemiliki ciri khas yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi pemberian makna pada keris tidak hanya satu motif keris dhapur, tetapi juga bentuk keris yang lurus dan berkelok-kelok yang jumlahnya mencapai ratusan. Hubungan tersebut perlu terus menerus untuk menjaga keseimbangan horizontal dan vertikal, yang horizontal menjaga keseimbangan dirinya (mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos) dalam keseimbangan dan menjaga keseimbangan vertikal untuk Keesaan (Tuhan). Keris merupakan bagian dari sejarah perkembangan metalurgi. Keris sebagai artefak ideo-teknik dan dapat dimasukkan sebagai artefak teknomi yang pada awalnya sebagai senjata tikam. <div>Aspek simbolik telah mewarnai pandangan masyarakat tentang metalurgi.Jika memaknai keris dengan nilai simbolis sebagai wujud nilai kebatinan Jawa maka sebuah keris diukur atau dimaknai berdasarkan kandungan materinya melalui pesan-pesan yang mengandung nilai moral dan etika dalam lingkup makrokosmos dan mikrokosmos.
Barang pusaka yang sarat dengan makna simbolis. Hal ini muncul sejak tahap penciptaan sebagaimana dapat ditelusuri dalam tradisi Krisologi dalam masyarakat tradisional. Arti filosofi keris terletak pada motif atau pamornya. </div><div>Perpaduan antara harapan pemilik, kreasi pembuat keris dan kekuatan yang ada pada kualitas logamnya, membutuhkan ketelitian dan pilihan yang teruji.
Motif lukisan gambar pamor sebenarnya merupakan bentuk gambar hias yang muncul di permukaan keris, ganja keris bahkan pesi keris, dengan manifestasi yang timbul dari lukisan, guratan, alur (lekukan), tonjolan (mberendhul), relief, atau berbagai bentuk penampakan lainnya (samudana-samudana). Pamor merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi masyarakat pada umumnya, untuk menentukan bagaimana sikap dan apresiasi mereka terhadap keberadaan keris secara fisik. Istilah pamor adalah aplikasi melukis motif tertentu dari gambar di permukaan bilah keris, dengan menggunakan bahan yang berasal dari batu meteoritTak kalah menarik, ternyata setiap lukisan motif gambar pamor yang muncul di permukaan mata/tepi keris pada umumnya juga merupakan bagian dari sistem simbol tertentu. </div><div>Simbol-simbol tersebut memiliki karakter, nilai makna dan harapan (manusiawi) serta kharisma yang sering dianggap magis.
Banyak pamor Ikonisitas pada tempat jual keris pusaka Pada Simbol, Logo dan Merek Melihat keberadaan lambang keris pada merek sebuah logo komersial atau instansi lain saat ini mungkin sudah ada beberapa tahun yang lalu. Lambang ikonik atau keris baik jenis keris lurus maupun keris berkelok-kelok, digunakan pada lambang pemerintahan dan instansi di beberapa provinsi dan kabupaten di Indonesia. Penanda lambang yang mengangkat lambang keris pusaka murah tidak dibuat tanpa makna di dalamnya, karena unsur verbal dan visual saling mendukung. </div><div>Katy Mayer mengatakan bahwa pertanyaan mendasar yang menopang analisis semiologi adalah bagaimana makna diciptakan. Pertanyaan ini juga diterapkan pada analisis teks atau gambar, karena solusinya terletak pada identifikasi penanda. Korps Marinir TNI AL memasang gambar keris pada logo baret ungu. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tugas pokok Marinir untuk melakukan invasi amfibi ke laut. Beberapa unit TNI lainnya juga melakukan hal yang sama. “Keris dan ombak melambangkan Marinir adalah tusukan dari laut,” kata Panglima Korps Marinir Mayjen Djunaidi Djahri di Mabes AL Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (4/11/2021). </div><div>Metafora dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) online adalah penggunaan kata atau kelompok kata bukan berdasarkan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan berdasarkan persamaan atau perbandingan yang berarti lambang bahasa. Retorika visual metaforis dalam simbol, logo, dan merek adalah bahasa isyarat. Dalam tulisannya, Yasraf mengatakan bahwa karya pastiche dalam hal ini sangat bergantung pada keberadaan budaya dan karya masa lalu serta idiom estetika yang ada sebelumnya. Artinya keris memiliki posisi makna filosofis yang cukup kuat bagi masyarakat dalam kepercayaan spiritual ketimuran khususnya di nusantara. </div><div>Simbol atau logo dalam dunia komunikasi visual dan periklanan merupakan salah satu bentuk penanda atau identitas pada lembaga atau usaha komersial lainnya yang sering disebut dengan merek (mark). Pada era kontemporer atau postmodern nilai-nilai juga merambah dalam dunia periklanan dengan memainkan tanda-tanda di dalamnya. Bisa jadi nilai perlambangan atau patiche muncul pada lambang atau logo dengan mengangkat lambang iklan dan keris sebagai metafora.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-21831502801959858402022-01-08T08:27:00.001-08:002022-01-08T08:27:06.952-08:00Nilai Spiritual dalam Keris Pusaka yang Wajib DiketahuiBentuk atau wujud keris terbuat dari logam dan baja yang proses pembuatannya membutuhkan ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam melelehkannya agar dapat dibuat keris oleh penjual keris (Empu). Kesenian keris tergolong elegan dan artistik karena mengandung bentuk-bentuk ornamen untuk membuatnya.
tampil cantik, apa yang disebut dengan pamor. Pamor keris sebagai bentuk ornamen visual yang memberikan nilai filosofis bagi pemiliknya. Maka tidak heran jika keris menjadi kuat bagi pemiliknya yang membawanya sebagai makna mistis. <div>Nilai-nilai kebatinan ini dalam pandangan Jawa berarti bahwa kekuatan keris tidak terbentuk secara tiba-tiba, karena berasal dari proses tempa dalam pembuatan keris yang dilakukan dengan perilaku spiritual terlebih dahulu. Perilaku pembuat keris misalnya melakukan puasa (mutih atau ngebleng) dan sesaji dalam adat kerohanian Jawa. Bentuk keris adalah keris yang berbentuk lurus dan berkelok-kelok (ber-luk). Konon keris lurus lebih sering dipakai oleh para bangsawan daripada keris yang berkelok-kelok. Keris secara estetis mengandung makna simbolis dan filosofis. Ada dua macam keris menurut sejarahnya, yaitu keris kuno dan keris Buddha. Kami menilai keris dari aspek dhapur, pamor, dan gaya (tangguh) dan aspek jiwa mistik (tuah). </div><div>Dhapur adalah bentuk atau bentuk keris, misalnya dhapur sengkelat, dll. Pamor adalah motif atau ornamen yang mewakili lukisan yang muncul dari keris saat proses penempaan dan pelipatan. Kemudian gaya (tangguh) berkaitan dengan waktu pembuatan keris. Seperti tangguh Majapahit, Mataram, Singosari dll. Tuah berkaitan dengan nilai spiritual yang dicapai ketika sang empu (pembuat keris) membuatnya.
Keris terbuat dari bahan baja dan nikel serta bahan meteorit. Keberadaannya kini sebagai kumpulan nilai estetis dan simbolik. </div><div>Lebih tegas dikatakan Guntur, sebagai warisan budaya Indonesia, keris terjangkau tidak hanya mencerminkan pencapaian puncak kemampuan teknis dengan kecanggihan seni, tetapi juga mencerminkan puncak pencapaian filosofi. Selain itu, fungsi keris tidak hanya sebagai alat perang, tetapi juga sebagai pelengkap sesajen. Keris menurut asalnya dapat ditemukan pada peninggalan artefak budaya pada relief candi. Awalnya, candi yang berisi relief bilah dan juga keris ditemukan di Candi Prambanan, Candi Penataran, Borobudur dan Candi Sukuh yang berkisar antara abad ke-9 hingga ke-15 Masehi. Data visual tertua tentang keberadaan senjata tikam dapat dilihat pada peninggalan zaman megalitik di Pasemah yang disebut 'Batu Gajah' (batu gajah). </div><div>Pada relief tersebut terdapat sosok yang di pinggangnya terselip semacam bilah yang mungkin merupakan jenis keris yang pertama. Pada abad ke-19 ketika masyarakat Jawa pada masa budaya Hindu, beberapa prasasti menyebutkan kata 'keris', dalam bahasa Jawa kuno. Secara visual pada sumber relief, bentuk keris terdapat pada Lingga (lingga) di Candi Sukuh. </div><div>Di situs Candi Sukuh, Karanganyar di Jawa Tengah terlihat bagaimana proses pembuatan keris dilakukan secara kasat mata pada sebuah relief.
Nilai makna simbolis keris terlihat pada dhapur. Arti nama-nama dhapur menjadi bernilai filosofis. Dhapur menjadi kekuatan simbolik yang kuat di samping ‘pamornya’. Sebagai ciri simbolis dan filosofis yaitu sipat kandel, penjual dan peng koleksi keris pusaka diharapkan mampu memberikan kehormatan bagi pemakainya. Keris memiliki makna simbolis yang penuh. Penciptaan keris dari bentuk dan penata yang unik memiliki ciri khas yaitu pamornya. Pada dasarnya pamor merupakan hasil penyatuan atau integrasi antara besi dengan meteorit karena secara etimologis pamor berasal dari kata 'amor' = menyatu, kohesif). </div><div>Daftar dan aneka keris pusaka kuno dibuat dengan perilaku spiritual untuk memenuhi nilai spiritual keris dari empu (pembuat keris). Dari perspektif kerisologi maka makna simbolis dari dhapur keris memiliki ciri-ciri seperti dhapur tilam upih, dhapur pudak jangkung, dhapur sempana, dhapur carang soka, dhapur sabuk inten, dan dhapur sengkelat.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-1927423082532147592022-01-08T08:25:00.006-08:002022-01-08T08:25:54.908-08:00Budaya dalam Menggunakan KerisNamun, selama masa damai, nilai budaya tradisional berangsur-angsur berubah dan sekarang bukan hanya sebagai alat untuk membunuh; itu menjadi objek spiritual yang mendefinisikan pengguna dan budaya mereka.
Jual aneka keris pusaka sebagai hasil budaya Indonesia yang ada di Nusantara lahir sejak nenek moyang ini mengalami perubahan budaya dari budaya agraris ke budaya metalurgi yang bersinergi dengan perilaku manusia. Sebagai artefak yang berharga, keris memiliki nilai filosofi pribadi bagi pemakainya, dimana keris pusaka mengandung unsur gengsi hasil dari proses tempa yang cukup rumit. Jika peradaban modern maka keris menghilang dari perilaku budaya bangsa karena proses hegemoni budaya di luar dan mengikis nilai budaya lokal. <div>Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menganalisis fungsi ikon keris dalam simbol atau merek secara hermeunitik dan memaknainya secara semiotik. Agar keris saat ini dimaknai sebagai elemen visual simbolik, maka bentuk keris yang melengkung dan keris lurus menjadi elemen estetika logo atau simbol di dalamnya. Dari beberapa lambang atau logo yang menunjukkan nilai-nilai positif memiliki filosofi semangat dan persatuan yang kuat dalam lambang provinsi dan kabupaten di Indonesia. Demikian pula ada korps tentara nasional seperti korps Marinir, simbol dalam dunia olahraga seperti pencak silat dan ada di logo perguruan tinggi. </div><div>Namun ada hal lain sebagai elemen simbol yang bernilai identitas ekonomi, seperti pada merek Batik Keris, dan juga pada merek lain dalam ranah postmodernisme mengandung unsur modal.
Dalam cerita ual pusaka keris dan tombak Ketoprak dan pewayangan, keris tampil sebagai senjata yang cukup kuat dan sakti. Para pahlawan juga menggunakan keris sebagai ikon yang mengandung ketangguhan dan semangat perjuangan melawan penjajah seperti Pangeran Diponegoro yang menunggang kuda, dan Sultan Hasanudin yang memakainya diselipkan di depan tubuhnya. </div><div>Keberadaan keris sebagai lambang laki-laki merupakan hal yang perlu dicermati saat ini dimana nilai modernitas budaya berbusana berpengaruh pada pakaian adat khususnya Jawa. Keris kini hanya sebagai pelengkap pakaian Kejawen. Dijelaskan bahwa pada zaman dahulu sebelum penjajah masuk ke Jawa, keris kabarnya digunakan sebagai pelengkap pakaian sehari-hari pria karena menunjukkan nilai kejantanan. Tak terkecuali dari anak kecil hingga orang dewasa memakainya. </div><div>Ketika laki-laki mempertahankan kehormatannya, maka keris dianggap sebagai senjata pertahanan diri dan digunakan untuk menyerang musuh jika diperlukan.
Kemajuan teknologi budaya manusia memungkinkan segala upaya manusia untuk mencitrakan dirinya. Tak terkecuali dengan produk yang kita gunakan saat ini. Benda-benda yang menempel di tubuh kita sebagai penutup seperti pakaian memiliki identitas merek dagang yang menunjukkan gaya hidup.
Perlakuan terhadap media komunikasi seperti televisi terus menerus menyerang kita. Sebagai gadget dengan media online, televisi juga merambah ruang media android dalam format streaming. </div><div>Iklan dibuat dalam cukup banyak varian baik elektronik maupun cetak. Iklan yang selalu hadir setiap saat ini memberikan keuntungan bagi kita untuk memilih yang terbaik. Jika kita tidak menyaring semua bujukan iklan, rumah kita akan dipenuhi dengan materi komersial yang kita sukai. Iklan yang memuat ikon budaya lokal seperti keris merupakan branding yang memungkinkan berkonotasi terbalik dengan maksud pencipta dan niat penerima. Citra visual keris banyak dimunculkan tidak hanya pada iklan televisi dan percetakan, tetapi juga pada logo dan simbol merek. </div><div>Pada ikon televisi lokal juga ditampilkan gambar visual keris yang digunakan sebagai identitas stasiun televisi lokal. Jadi keris telah dihegemoni tidak hanya sebagai senjata tajam tradisional dalam budaya Jawa atau pakaian adat Jawa, tetapi juga digunakan sebagai atribut lain yaitu sebagai ikon dalam simbol atau merek. Keris seolah tak lekang oleh waktu-waktu sebagai produk budaya bangsa Indonesia di Nusantara. Cerita tentang mitos keris juga menjadi latar belakang naskah cerita budaya Jawa.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-69838936832377971572022-01-08T08:24:00.008-08:002022-01-08T08:24:59.322-08:00Siapakah Pemegang Keris PusakaSaya kira keris itu berasal dari Malaysia. Orang Melayu primitif tidak memiliki batu api, tapi
membuat berbagai instrumen yang dipoles dan tidak dipoles. Ini membutuhkan waktu dan tenaga
dan bukan budaya yang bagus apa pun itu sebagai alat, tetapi untuk
Nelayan Melayu ada budaya alami yang sangat ampuh untuk siapa saja
yang telah menginjak sengatan ikan pari akan menjamin. (Lihat ikan
par).
Dr. Bianca melihat seorang pemuda pingsan karena sengatan sinar matahari yang dia alami
memeriksa, (vide Gimlette: Racun Melayu dan Obat Mantra) dan itu pasti ada
terpikir oleh beberapa pria primitif, bahwa ini akan menjadi hal yang baik untuk dilekatkan pada
musuh. <div>Sengatan sinarnya menutupi sisi-sisinya dan siapa saja yang memegangnya seperti a
keris dan tusukan akan meracuni tangannya sendiri dan mengurangi panjang jangkauannya
dan dia mungkin akan mematahkan sengatannya; tetapi jika dipegang di antara ibu jari dan jari,
dengan pantat di pangkal ibu jari itu bisa digunakan dengan aman dan ini
cara memegang keris majapahit kecil. Penyempurnaan akan menjadi pengikatan
sedikit kain kulit kayu. (Lihat Plat 25 No. 2).
Saya membuat percobaan dan menemukan bahwa ketika pegangan kain digenggam seperti
keris itu menyerupai k. gagang malapahit. Pengguna budaya seperti itu tidak akan
mencoba untuk mencapai jantung atau tempat vital lainnya, dia akan menusuk dan menarik diri. </div><div>Miliknya
musuh akan dilumpuhkan dengan rasa sakit dan dapat dengan mudah dihabisi
Tidak seperti budaya tradisional lainnya, aneka keris terjangkau yang dihiasi dengan banyak ornamen indah yang mewakili keindahan, kebanggaan, dan seni. Bagian keris, bilah, gagang dan sarungnya, dihiasi dengan corak khas yang meningkatkan nilai budaya dan seninya. Bilahnya ditempa dengan teknik khusus yang memungkinkan terciptanya bilah bergelombang khasnya. </div><div>Gagangnya kadang-kadang dilapisi dengan emas atau perak dan dihiasi dengan batu permata, sedangkan sarungnya dihiasi dengan gading atau logam.
Karena masyarakat hidup damai sekarang, keris banyak digunakan dalam upacara ritual, dilestarikan sebagai jimat yang mengandung kekuatan magis atau aksesori untuk pakaian upacara. Banyak orang juga mengumpulkan keris dan menggantungnya di dinding rumah mereka, meningkatkan suasana dan nilai rumah mereka dengan kerajinan Indonesia yang indah ini. Nilai Budaya dan Seni Keris </div><div>Keris asimetris tradisional budaya, adalah salah satu budaya yang melampaui fungsi intinya di mana ia digunakan untuk membunuh orang. Dahulu, laki-laki wajib membawa keris setiap keluar rumah untuk membela diri; itu tidak hanya budaya untuk seorang pejuang, tetapi juga dibutuhkan oleh rakyat jelata untuk mempertahankan hidup mereka ketika mereka dalam bahaya. Beberapa pejuang bahkan membawa lebih dari satu keris ke medan perang.Namun, selama masa damai, nilai budaya tradisional berangsur-angsur berubah dan sekarang bukan hanya sebagai alat untuk membunuh; itu menjadi objek spiritual yang mendefinisikan pengguna dan budaya mereka.Ia juga menjadi pakaian upacara yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia karena nilai sosial dan spiritualnya yang menonjol. </div><div>Meskipun keris tidak digunakan sebagai budaya utama para pejuang, keris tetap menjadi budaya yang penting karena dapat menyelamatkan nyawanya. Ada masanya budaya tradisional digunakan secara luas untuk menumpahkan darah rakyat dalam peperangan dan bagi sebagian orang, itu menjadi simbol kekuasaan.
Keris, keris asimetris tradisional Indonesia, adalah salah satu budaya yang melampaui fungsi intinya di mana ia digunakan untuk membunuh orang. Ia juga menjadi pakaian upacara yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia karena nilai sosial dan spiritualnya yang menonjol. Ada masanya budaya tradisional digunakan secara luas untuk menumpahkan darah rakyat dalam peperangan dan bagi sebagian orang, itu menjadi simbol kekuasaan. </div><div>Dahulu, laki-laki wajib membawa keris setiap keluar rumah untuk membela diri; itu tidak hanya budaya untuk seorang pejuang, tetapi juga dibutuhkan oleh rakyat jelata untuk mempertahankan hidup mereka ketika mereka dalam bahaya. Meskipun keris tidak digunakan sebagai budaya utama para pejuang, keris tetap menjadi budaya yang penting karena dapat menyelamatkan nyawanya. Beberapa pejuang bahkan membawa lebih dari satu keris ke medan perang.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-84471692621863776242022-01-08T08:23:00.007-08:002022-01-08T08:23:41.204-08:00Karya Keris Nusantara dan SejarahnyaJual koleksi keris pusaka sebenarnya adalah penjual damascus rapier. Rapier Eropa panjang dan membutuhkan waktu yang lama
pegangan untuk menyeimbangkannya. Kerisnya pendek, gagang pendek sudah cukup untuk itu
bentuk asli; tetapi saat laki-laki bertempur, keris menjadi lebih panjang dan lebih berat. Dua lagi
bentuk telah berevolusi. Pertama, keris rapier sumatera, k. bahari; ini panjang,
pegangannya harus diluruskan untuk menyeimbangkannya, dan itu hampir mencapai
bentuk rapier Eropa; dan yang kedua, sundang, pedang Melayu.
Tepi keris dekat gagang, juga ganja, biasanya dentiform.
Bagian dari karya hias ini disebut janggut dan dibuat untuk menangkap dan
keris yang berlawanan. Di dekat gagangnya karya ini disebut belalai gajah dan lambai gajah. <div>Dalam penjualan yang sangat tua ini jelas mewakili belalai dan gading gajah, tetapi sekarang
agak konvensional. Sebuah batu yang diukir dalam bentuk belalai gajah adalah
motif favorit di jawa hindu. Salah satu batu yang sekarang ada di Museum Raffles adalah
ditemukan di Sungai Johore, juga ornamen kecil berbentuk serupa pada gerabah.
Lain lagi di Malaka.
Motif ini diduga merupakan lambang dewa gajah, lambang kekuatan
dan kekuatan, dan dianggap sebagai hal yang beruntung untuk memiliki keris, bahkan setelah itu
asalnya terlupakan. Itu hampir selalu ditemukan di sisi ganja yang tumpul
meskipun kadang-kadang di sisi yang tajam, dan keris diketahui memiliki satu di masing-masing
samping.
Para penulis Eropa kuno menyebut keris sebagai budaya beracun. Di modern
kali keris tentu tidak beracun, meskipun banyak jenis keris, yang
dibuat kecil untuk menghemat besi, diracuni; tapi semakin besar kerisnya
Kelemahan penggunaan racun adalah harus terus diperbarui. Melayu
racun nabati semuanya liar dan sulit didapat. </div><div>Ketika orang Melayu masih
orang desa dan budaya mereka kecil, racun diperlukan dan mereka
mendapatkannya. Ketika kota-kota terbentuk, mereka tidak bisa mendapatkan cukup dari
racun dan menemukan bahwa dengan budaya yang lebih besar dan lebih efisien mereka tidak membutuhkannya
dia; tetapi racunnya masih tersedia dan digunakan sesekali.
D'Albuquerque memberitahu kita bahwa ketika menyerang Malaka dia kehilangan banyak orang dari
panah beracun dan saya pikir ada dasar untuk cerita Eropa dan Melayu
keris beracun.
Diketahui bahwa racun digunakan di Eropa pada masa awal. Mikrolit
panah tidak berguna tanpanya, dan hellebore telah digunakan selama berabad-abad
untuk tujuan ini, dan metode ini dihargai sebagai rahasia di beberapa keluarga. </div><div>Payne
Galloway menceritakan tentang panah panah Spanyol, diracuni dengan semacam tumbuhan, itu, ditembak
ke kaki rusa, membunuhnya sebelum berlari dua ratus yard. Tapi di Eropa, seperti,
Saya percaya, di Malaya, budaya tumbuh dalam efisiensi sampai racun menjadi u
diperlukan dan metode peracunan menjadi rahasia penyihir, atau—
mengais.
Keris tidak diragukan lagi adalah budaya khas Melayu. Namun, perlu untuk mendefinisikan keris. </div><div>Ini terutama belati dengan pegangan yang diatur pada sudut ke
keris, semacam pegangan pistol sebenarnya, untuk memungkinkan pengguna untuk mendorong.
Keris menurut saya unik, menjadi keris dengan jangkauan terbesar,
dibandingkan dengan panjang total budaya. Semua belati lainnya dipegang dalam satu
dari dua cara ( lihat Lembaran 3 No. 1 & 2 ) tetapi keris dipegang seperti pada Plat 3 No. 3 dan
dengan itu ada jangkauan yang lebih besar, meskipun dorongnya tidak memiliki beberapa gaya yang diturunkan
dari ayunan budaya yang dipegang seperti pada (1) atau (2). </div><div>Argensola, menulis pada tahun 1609 mengatakan: ”Di Menancabo
1
budaya luar biasa yang disebut
crees
2
budaya terbaik di seluruh Timur.”
II. ASAL.
Apa asal usul keris? Banyak orang mengatakan itu berasal dari India, memberi sebagai
alasan:
(1) Keris bergelombang dan budaya bergelombang digunakan di India.
(2) Orang Melayu menerima peradaban awal mereka dari India, sehingga keris
pasti datang dari sana.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-63928860407988686892022-01-08T08:21:00.001-08:002022-01-08T08:21:11.628-08:00Bagian Ricikan Keris yang Wajib DiketahuiKeris pamorPara pandai besi memanaskan lapisan tipis logam, menumbuk dan melipat dan menggabungkan lapisan-lapisan ini menjadi satu. Dia terus memanaskan, menambahkan lebih banyak lapisan dan melipat ulang, terkadang lebih dari enam puluh kali, sampai produk yang diinginkan tercapai. Penempaan dan teknik melipat dan menumbuk logam yang berbeda menciptakan berbagai desain pada bilahnya, yang disebut pamor. Untuk menonjolkan detail polanya, campuran air jeruk nipis dan arsenik dioleskan pada bilahnya, yang mengubah besi dan baja menjadi hitam, sedangkan nikel tetap putih. Ini menciptakan kontras yang indah, menonjolkan desain pamor. <div> Pamor hadir dalam banyak varietas, masing-masing memiliki simbolisme tertentu. pamor dapat dibagi menjadi rekan dan tiban, masing-masing berarti "berkehendak" dan "takdir". Desain rekan/ kehendak direncanakan oleh pandai besi. Pola tiban/ takdir tidak direncanakan-serah pada kehendak Tuhan. Pola-pola ini memiliki konotasi spiritual yang sangat kuat. pamor diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam pola-pola tertentu. Corak pada keris khusus ini disebut "wos wutah", yang berarti "butir beras yang bertebaran". Hal ini dianggap membawa keberuntungan, ketenangan, dan kehidupan yang damai. </div><div>Wos Wutah adalah dari kelas tiban, yang memberikan kekuatan spiritual dan energi yang kuat.
Keris luk Dapur adalah bentuk bilahnya, meliputi dapur lurus (bilah lurus) dan dapur luk (bilah bergelombang). Dapur aneka keris pusaka juga termasuk fitur pada ganja, bagian yang lebar di pangkal bilah. Sedikit perbedaan dalam fitur-fitur kecil ini dapat membedakan satu jenis keris dari jenis lain yang tampak identik tanpa pengawasan yang cermat. Bilah lurus melambangkan naga yang sedang beristirahat, ular mitos, sedangkan bilah bergelombang (luk) melambangkan naga yang sedang bergerak. Yang pertama dimaksudkan untuk seseorang yang memiliki gaya hidup yang stabil dan konstan, yang terakhir untuk seseorang yang selalu bergerak. </div><div>Bila dihitung dengan benar, luk berkisar antara 3-29, selalu ganjil. Setiap keris di atas luk 13 tidak biasa, dimaksudkan untuk seseorang yang berstatus sangat tinggi. Seperti halnya pamor, jenis dapur memiliki arti khusus. Penafsiran makna berbeda-beda tergantung ahlinya. Keris di Museum Sains memiliki luk 13. Simbolisme luk 13 paling sering diartikan sebagai kekuatan, dan kemampuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dalam situasi apa pun. </div><div>Ganja adalah faktor lain dalam mendefinisikan dapur. Fitur pada ganja membantu untuk mencirikan keris. Ganja sebenarnya adalah bagian terpisah dari logam, yang melekat pada bilah dengan sambungan. Ujung yang lebih panjang dan tajam disebut aring, dan degu adalah ujung yang lebih pendek dan tumpul. Gerigi seperti gergaji bertindak sebagai penjaga untuk menangkap pedang lawan. Fitur pada ganja keris ini membantu untuk mengklasifikasikannya sebagai keris Parangsari, yang secara harfiah berarti 'esensi keris'. Ini dimaksudkan untuk seseorang yang ambisius dan bergerak.
Keris Ganja dan Gagang Gagangnya berasal dari Keraton Surakarta (sekarang Solo) di Jawa Tengah. </div><div>Ini memiliki tujuh sisi planar, dan hanya memiliki ukiran kecil yang mewakili topeng kala, iblis yang baik hati. Sebuah tonjolan kecil pada ukiran yang disebut kuncung melambangkan hidung. Sebelum Islam menjadi dominan, bentuk gagang telah bersifat antropomorfik. Karena Islam melarang penggambaran makhluk hidup, gagang ini menjadi abstrak. Gagang kayu Surakarta merupakan contoh indah dari ciri kesederhanaan yang anggun dari keris keraton pasca Islam.
Sarungnya terbuat dari kayu dengan casing tembaga. Casingnya hanya sebagian, memungkinkan kayu mencapai puncak melalui slot di tengah, dan itu dikenal sebagai blowah (berlubang). </div><div>Pangkal sarungnya, yang disebut wrangka, berbentuk perahu, yang diyakini sebagian orang melambangkan perahu bulan yang ditunggangi pahlawan mitos, Pangeran Panji.
Keris asimetris tradisional budaya, adalah salah satu budaya yang melampaui fungsi intinya di mana ia digunakan untuk membunuh orang. Dahulu, laki-laki wajib membawa keris setiap keluar rumah untuk membela diri; itu tidak hanya budaya untuk seorang pejuang, tetapi juga dibutuhkan oleh rakyat jelata untuk mempertahankan hidup mereka ketika mereka dalam bahaya. </div><div>Beberapa pejuang bahkan membawa lebih dari satu keris ke medan perang.Namun, selama masa damai, nilai budaya tradisional berangsur-angsur berubah dan sekarang bukan hanya sebagai alat untuk membunuh; itu menjadi objek spiritual yang mendefinisikan pengguna dan budaya mereka.Ia juga menjadi pakaian upacara yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia karena nilai sosial dan spiritualnya yang menonjol. Meskipun keris tidak digunakan sebagai budaya utama para pejuang, keris tetap menjadi budaya yang penting karena dapat menyelamatkan nyawanya. Ada masanya budaya tradisional digunakan secara luas untuk menumpahkan darah rakyat dalam peperangan dan bagi sebagian orang, itu menjadi simbol kekuasaan.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-71278763914693319462022-01-08T08:19:00.005-08:002022-01-08T08:19:37.261-08:00Karakter dari Keris Pusaka Sepuh Nama yang digunakan untuk keris berbeda-beda di setiap daerah seperti sundang di Mindanao, kerut di Bali dan kareh di Sumatera. Kata keris konon berasal dari bahasa jawa kuno yaitu rona nakal yang berarti ikat pinggang. Hal ini mengacu pada sosok ikat pinggang di kepala keris pada tahap awal. Keris digunakan untuk pertahanan diri dan sebagai alat kerajaan. Keris sering patah dalam pertempuran dan membutuhkan perbaikan. Lokasi seorang prajurit menentukan bahan perbaikan apa yang dia miliki. Keris dengan kelengkapannya yang berasal dari berbagai daerah sudah menjadi hal yang lumrah. Misalnya, keris mungkin memiliki bilah dari Jawa, gagang dari Bali, dan sarung dari Madura.Budaya ini juga merupakan lambang kedaulatan orang Melayu. Keris yang paling terkenal adalah keris Taming Sari yang merupakan budaya dari Hang Tuah, seorang pendekar melayu yang terkenal. Keris berasal dari kerajaan Sriwijaya Kepulauan Jawa dan deskripsi keris ditemukan di Candi Borobudur. Keris kuno digunakan antara abad ke-10 dan ke-11. <div>Dalam pertempuran, seorang pendekar membawa tiga keris: miliknya, satu dari mertuanya, dan satu sebagai pusaka keluarga. Keris lain yang dibawa berfungsi sebagai penangkis keris. Jika prajurit itu tidak memiliki keris lain untuk ditangkis, dia menggunakan sarungnya. Budaya ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu mata, kepala dan sarung.
Keris (diucapkan "krees") adalah yang ditemukan di seluruh Asia Tenggara. Hal ini diyakini oleh sebagian besar sarjana dan ahli berasal dari Jawa pada abad ke-14 M, namun hal ini masih diperdebatkan dan asal-usulnya masih belum pasti. Sebuah legenda lisan yang terkenal menghubungkan asal-usul keris dengan pahlawan budaya mitos yang dikenal sebagai Pangeran Panji. Panji dikatakan telah hidup pada tahun 920 M. </div><div>Dia adalah karakter utama dari banyak cerita yang menceritakan petualangan dan romannya. Keris hadir dalam berbagai bentuk dan corak, namun ciri khasnya adalah pangkal bilah yang disebut ganja, di mana bilah melebar membentuk pelindung runcing. Ciri ini membedakan keris dari jenis budaya bermata lainnya. Keris itu bukan keris biasa. Meskipun secara historis digunakan sebagai budaya, itu selalu menjadi bagian rumit dari budaya Indonesia di mana ia memainkan peran praktis, sosial, dan mistis. </div><div>Tukang keris disebut Empu, istilah kehormatan yang berarti "tuan/tuan". Seseorang yang men jual keris pusaka sepuh terjangkau juga akan hanya dapat memperoleh gelar ini dengan keterampilan, kedalaman spiritual, dan pengetahuan tentang ritual yang tepat yang diperlukan untuk membuat keris. Membuat keris keramat dalam proses yang tidak sederhana dan cepat. Pertama, Empu harus memilih hari yang baik untuk memulai. Dia kemudian harus makan hanya nasi putih dan minum air putih saja selama dua sampai tiga bulan sebelum memulai. . </div><div>Seseorang yang menginginkan keris mendiskusikan keinginannya dengan seorang Empu. Memilih keris bukanlah keputusan yang ringan. Seseorang harus memilih keris yang sesuai dengan status dan kedudukan sosialnya. Sebuah keris dengan emas pada gagang atau sarungnya, misalnya, secara tradisional disediakan untuk royalti, karena emas dianggap sebagai hadiah dari Tuhan. Jika seseorang memilih keris yang tidak sesuai dengan statusnya, dapat merugikan dirinya dan orang lain. Begitu erat hubungannya dengan pemiliknya sehingga seorang pria dan kerisnya dianggap satu dan sama. Jika seorang laki-laki tidak dapat hadir pada upacara pernikahannya sendiri, kerisnya dapat mewakili dirinya.
Bagian utama keris adalah bilah, sarung, dan gagangnya. </div><div>Setiap bagian membantu mencirikan keris dalam hal asal usul, zaman, pemilik, dan simbolisme. Bilah adalah bagian yang paling berharga, karena memegang kekuatan suci keris. Ada dua unsur utama bilah: pamor (desain damascene pada bilah) dan dapur (bentuk bilah). Kombinasi logam digunakan dalam pembuatan keris. Tukang keris membuat campuran yang berbeda dari besi, baja, nikel dan kadang-kadang meteorit. Orang Jawa menganggap keris yang terbuat dari meteorit sangat kuat. Meteorit tersebut didapat dari meteor yang jatuh di Prambanan, Jawa Tengah, pada tahun 1729.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-85015588308208870572022-01-08T08:18:00.002-08:002022-01-08T08:18:24.073-08:00Sejarah Keris dalam PerjuangannyaDikatakan bahwa Anda dapat melukai musuh Anda hanya dengan menusukkan pedang ke jejak kakinya. Air telah diambil dari ujung keris, dan api dari kapal yang terbakar telah dipindahkan ke pantai dengan mengarahkan ujungnya ke api dan kemudian ke tempat lain.
Pemilik dan penjual keris wajib memandikan dan mengolesi keris selama untuk mempertahankan kesaktian budaya tersebut. Jika keris diabaikan, dapat menyebabkan roh penjaga menjauh dari budaya, membuatnya tidak berdaya.
Biasanya jeruk nipis dipotong menjadi dua dan setengahnya digosok pada setiap sisi mata keris untuk menghilangkan karat, minyak dan kotoran kemudian dibilas dengan air mengalir. <div>Bilah tersebut kemudian dikeringkan di atas api arang yang rendah dan minyak wangi (atthar) dioleskan pada bilah, gagang dan sarungnya.
Keris terkenal lainnya di Ceylon kolonial adalah "Henaraja thalaya" (Keris dari petir) yang digunakan oleh bandit legendaris Utuwankande Saradiel pada abad ke-18. Ini adalah keris Jawa dan diyakini bahwa siapa pun yang memiliki thalaya Henaraja di tubuhnya adalah "bukti peluru". Saat Saradiel ditembak mati oleh Sersan Polisi Mahath, keris itu tidak berada di tubuhnya melainkan di bawah bantal. Kata Sinhala "kirichchiya dan kinissa" mungkin berasal dari kata Melayu keris.
Keris Melayu yang paling terkenal adalah “Keris Taming sari” milik pendekar legendaris Malaka, Hang Tuah. Orang yang memilikinya, dikatakan tak terkalahkan. Ini setara dengan pedang Raja Arthur di Malaysia, "Excalibur" yang legendaris. </div><div>Dipercaya bahwa Hang Tuah melemparkan "Keris Taming sari" ke sungai Sungai Duyung setelah dia membunuh teman masa kecilnya Hang Jebat dalam duel, karena ketidaksetiaannya kepada Sultan Malaka.
Koleksi Keris yang dipamerkan di galeri Kandy Museum Nasional
Gagang kayu melengkung dirancang agar pas di tangan dengan bilah sepanjang 10" hingga 15" untuk pertempuran jarak dekat, tidak seperti pedang yang membutuhkan ruang dan berat untuk bertarung di hutan atau ruang terbatas.
Ketika dipegang dengan benar, itu menjadi perpanjangan jari telunjuk dengan pengguna memiliki kendali penuh atas budaya. Gagangnya dicengkeram seperti pistol setinggi pinggang dengan bilah sejajar dengan tanah. </div><div>Dorongan ke atas akan memungkinkan masuknya bilah di antara tulang rusuk. Organ yang diincar adalah perut, paru-paru, ginjal dan tenggorokan lawan.
Sarungnya biasanya berbentuk perahu karena orang Melayu yang menjadi pelaut sangat menyukai perahu mereka. Motif diukir pada sarungnya untuk memberikan tampilan yang estetis. Kawat emas atau perak juga digunakan dalam proses dekoratif.
Detail di bagian bawah bilahnya yang membedakan keris dengan keris biasa. Beberapa penjaga telah dirancang untuk menangkap pedang lawan agar tidak mencapai tangan dan untuk mencegah tergelincir. Belalai gajah dan batu mulia yang disusun dalam pola 8 kelopak bunga teratai di pangkal gagang menandakan hubungan orang Melayu dengan masa lalu Hindu/Budha mereka. </div><div>Gagangnya biasanya diukir dalam bentuk burung mitos, binatang atau tumbuhan.
Beberapa Keris dan lapak keris terjangkau yang sangat bagus dan dipamerkan dipajang di galeri Kandy Museum Nasional di Kolombo 7 serta di lantai atas. Wanita terkadang juga memakai keris, meski ukurannya lebih kecil dari pria. Secara fungsional, keris bukanlah budaya tebas seperti keris bowie atau keris tarung lainnya, melainkan alat tikam. Jika seorang pejuang keris memiliki siluman di sisinya, keris itu mematikan. Ada banyak cerita tentang keris yang dibuat khusus untuk membunuh orang tertentu. </div><div> Dapat dipastikan bahwa penjual keris diperkenalkan ke Sri Lanka oleh bangsawan Indonesia dan orang buangan politik, pengiringnya, tentara Melayu, tentara bayaran Jawa dan berbagai rekrutan lainnya, yang dibawa ke Sri Lanka pada masa Belanda dan Inggris. Itu juga merupakan hadiah populer yang diberikan kepada raja dan adigar Kandyan oleh duta besar Inggris yang mengunjungi kerajaan Kandyan. Baru-baru ini Departemen Museum juga menemukan keris Melayu yang berasal dari zaman Portugis. Hal ini dimungkinkan dengan interaksi orang Melayu dari Malaka ke Ceylon, yang keduanya berada di bawah kekuasaan Portugis pada abad ke-16.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-39018964208635475402022-01-08T08:17:00.000-08:002022-01-08T08:17:01.034-08:00Pembuatan Keris Pusaka NusantaraDalam pertempuran, seorang pendekar membawa tiga keris: miliknya, satu dari mertuanya, dan satu sebagai pusaka keluarga. Keris lain yang dibawa berfungsi sebagai penangkis keris. Jika prajurit itu tidak memiliki keris lain untuk ditangkis, dia menggunakan sarungnya. Keris sering patah dalam pertempuran dan membutuhkan perbaikan. Lokasi seorang prajurit menentukan bahan perbaikan apa yang dia miliki. Keris dengan kelengkapannya yang berasal dari berbagai daerah sudah menjadi hal yang lumrah. Misalnya, keris mungkin memiliki bilah dari Jawa, gagang dari Bali, dan sarung dari Madura.
Plus
Keris – Budaya Melayu, simbol sosial dan jimat
Oleh M.D. (Tony) Saldin
Sebelum budaya ditemukan, belati dan pedang umumnya dianggap sebagai budaya yang paling banyak digunakan di dunia abad pertengahan. <div>Keris, juga dieja dan diucapkan sebagai lipatan, keris, kreese dan keris identik dengan budaya Melayu. Ini berasal dari Jawa pada abad ke-9 selama kerajaan Sri Wijaya dan kemudian menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia, Malaysia, Thailand Selatan, Filipina Selatan (Mindanao), Singapura, Brunei dan beberapa bagian Kamboja, Laos dan Burma sebagai pertempuran jarak dekat yang disukai. budaya. Bilah serpentine mengingatkan pada ular di tengah serangan
Banyak fungsi yang dikaitkan dengan keris, pertama dan terutama sebagai budaya tikam bermata dua, kedua sebagai simbol status sosial dan ketiga sebagai jimat untuk perlindungan. Itu juga digunakan sebagai alat eksekusi, untuk berbagai upacara dan ritual, dan sebagai objek penghormatan, dan secara luas diyakini memiliki kekuatan gaib.
Ada tujuh jenis utama keris yaitu:
1.Keris Jawa
2. </div><div>Keris Semenanjung atau Utara (Semenanjung atau keris Utara)
3. Keris Bali dan Madura
4. Keris Sumatera
5. Keris Bugis
6. Keris Pattani &
7. Keris Sudang (sulu atau Mindanao di Filipina).
Masing-masing dalam menjual aneka keris pusaka sepuh memiliki karakteristik sendiri dan bilah lurus atau bergelombang. Beberapa di antaranya mengalami perubahan sesuai keadaan, misalnya keris Mindanao dimodifikasi dan dibuat lebih panjang seperti pedang (keris panjang) untuk melawan rapier Spanyol. Keris yang baik terbuat dari besi, nikel, beberapa paduan dan sepotong meteorit. Pembuat keris tradisional dikenal sebagai Empu di Indonesia dan Pandai besi di Malaysia. </div><div>Beberapa Empu mengalami kesurupan saat mengerjakan logam dan kemudian membuat logam panas merah dengan tangan kosong.
keris jawa milik penulis
Keris harus sesuai dengan pemiliknya dan biasanya dibuat khusus untuk orang tertentu sesuai dengan pangkat dan statusnya. Biasanya panjang bilah harus sesuai dengan jarak antara puting susu pemiliknya, jika tidak, kemalangan bisa menimpanya.
Setiap gelombang pada bilah disebut lok dan jumlah lok menunjukkan status pemiliknya. Tiga lok keris akan menjadi milik seorang pejuang sedangkan keris Rajah (Sultan) akan memiliki sembilan. Gelombang mewakili Naga atau kobra.
Keris diyakini memiliki kekuatan untuk melompat keluar dari sarungnya dan melawan musuh dalam pertempuran sendiri. </div><div>Hal ini juga mampu memperingatkan pemilik bahaya yang akan datang dengan berderak di sarungnya. Keris yang diikatkan pada tiang utama rumah adat Melayu sebagai jimat diketahui bisa terbang sendiri dan membunuh musuh.
Sarung yang dikenal sebagai wrangka di Indonesia dan sarung di Malaysia biasanya menunjukkan status pemiliknya yaitu merah untuk Sultan atau kerabat dekatnya, hijau untuk Menteri, coklat untuk abdi dalem dan hitam untuk orang pada umumnya. Keris biasanya dipersembahkan oleh Sultan kepada prajuritnya sebagai tanda penghargaan khusus. </div><div>Dijunjung tinggi sedemikian rupa sehingga jika seseorang tidak dapat menghadiri pernikahan atau upacara, seseorang dapat mengirimkan kerisnya melalui seorang putra atau kerabat dekat dan tuan rumah akan menganggap bahwa dia telah hadir. Menyerahkan keris juga berarti menyerah. Orang Melayu yang berpakaian rapi akan menganggap dirinya “telanjang” tanpa keris untuk melengkapi pakaiannya. Keris kerajaan yang dikenakan oleh Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong terbuat dari paduan besi yang dikumpulkan dari tanah 9 negara bagian Malaysia.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-40428277878235338282022-01-08T08:15:00.004-08:002022-01-08T08:15:42.998-08:00Pamor dan Konsep Keris PusakaBilah keris biasanya sempit dan memiliki alas yang lebar dan tidak simetris. Panjang bilah sangat bervariasi. Keris terbuat dari bijih besi yang berbeda dan sering mengandung nikel. Seorang ahli pedang, atau empu, membuat bilahnya berlapis-lapis dari logam yang berbeda. Beberapa bilah dapat dibuat dalam waktu yang relatif singkat, sementara budaya yang lebih legendaris membutuhkan waktu bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup untuk diselesaikan. Pada keris berkualitas tinggi, logam bilahnya telah dilipat puluhan atau bahkan ratusan kali dan ditangani dengan sangat presisi. Ada bilah keris yang konon membawa bekas ibu jari, atau bahkan bibir, yang ditempelkan pada bilah selama proses penempaan.
Berbagai logam yang digunakan untuk menempa bilah membuat keris itu terlihat 'berair'. <div>Ini disebut pamor dan konsepnya mirip dengan pola Damaskus pada bilah Indo-Persia dan "hada" pada bilah Jepang. Bilah diukir dengan asam setelah ditempa untuk menonjolkan pola kontras yang dibentuk oleh berbagai logam yang digunakan dalam keris.
Perajin keris, disebut Empu (bagi perajin yang sangat ahli dalam menggunakan keraton, istana bertembok milik sultan, yang dapat mewariskan gelar Empu kepada putra-putranya) atau pandai keris (untuk pandai besi dengan berbagai tingkat keahlian, bekerja luar kraton), seringkali menggunakan segudang jenis bijih logam yang dapat mereka temukan untuk membuat mata keris. Ada kisah tentang bilah yang terbuat dari besi meteorit (langka dan sangat berharga karena signifikansi spiritualnya dan kandungan nikelnya yang lebih tinggi) untuk membuang logam dari kendaraan, peralatan, rel kereta api, meriam dan bilah Belanda yang ditangkap, dan belakangan ini, rantai sepeda.
Bilah keris bisa lurus atau berliku-liku. Dengan bilah yang berliku-liku, tikungannya disebut luks. </div><div>Kebanyakan keris memiliki kurang dari 13 luk dan jumlah luk harus ganjil, atau keris akan dianggap sial. Bilah berliku-liku telah menjadi identik dengan keris, terutama saat ini karena telah menjadi suvenir wisata yang populer. Kenyataannya lebih dari separuh keris tua memiliki bilah lurus. Luk memaksimalkan lebar luka sambil mempertahankan beratnya.
Keris dan sarungnya memiliki banyak bagian. Nama untuk bagian ini berbeda-beda di setiap wilayah. Istilah-istilah berikut ini terutama berlaku untuk keris Jawa: ukiran – gagang/pegangan; patra – ukiran gagang (khususnya pada ukiran Jawa); selut – tutup logam pada ukiran (tidak pada semua keris); mendak – cawan logam pada tang antara ukiran dan pelindung mata keris; wilah – bilah; pocok – mata keris; peksi – tang; ganja – struktur pelindung/tangkis; wrangka – bagian atas selubung yang lebar; gandar – bagian selubung yang sempit; pendok – selongsong logam untuk gandar; buntut– ujung pendok.
Para sarjana, kolektor, dan lain-lain telah membentuk segudang teori tentang asal usul keris. Sejarah keris ditelusuri melalui studi ukiran dan panel relief yang ditemukan di Asia Tenggara. </div><div>Salah satu rendering keris yang lebih terkenal muncul di Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
dipakai setiap hari dan pada upacara-upacara khusus, dengan bilah-bilah pusaka yang diturunkan dari generasi ke generasi. Pembersihan tahunan, yang diperlukan sebagai bagian dari spiritualitas dan mitologi di sekitar budaya, sering kali membuat bilah kuno menjadi usang dan tipis. Dalam kehidupan sehari-hari dan di acara-acara, seorang pria biasanya hanya mengenakan satu keris. Wanita terkadang juga memakai keris, meski ukurannya lebih kecil dari pria. Secara fungsional, keris bukanlah budaya tebas seperti keris bowie atau keris tarung lainnya, melainkan alat tikam. Jika seorang pejuang keris memiliki siluman di sisinya, keris itu mematikan. Ada banyak cerita tentang keris yang dibuat khusus untuk membunuh orang tertentu.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4419022506060151311.post-62674054656584415532022-01-08T08:14:00.005-08:002022-01-08T08:14:26.474-08:00Keris Nusantara Adalah Keris TradisionalKeris Nusantara adalah keris tradisional berbilah lurus atau melengkung yang merupakan komponen penting dari pakaian upacara dalam budaya Melayu. Desain bergelombang dari bilah sempit menciptakan luka besar dan parah yang jarang sembuh dari korban. Selain itu, beberapa keris legendaris diyakini memiliki kekuatan magis untuk menambah ketakterlawanannya. Yang paling terkenal diberi nama mereka sendiri. Untungnya saat ini mereka lebih dianggap sebagai simbol status dekoratif dan jarang digunakan sebagai budaya. Desain dapat berkisar dari yang sederhana hingga yang sangat berornamen dan bertatahkan permata, dengan biaya puluhan ribu dolar.
Bagian paling khas dari keris adalah bilahnya, yang biasanya terbuat dari besi atau baja yang dilas dengan pola dan sering dihiasi dengan desain yang indah. <div>Gagangnya biasanya terbuat dari kayu tetapi terkadang dari tanduk, tulang atau gading. Mereka sering diukir secara dekoratif menjadi hewan, burung, atau makhluk mitos seperti garuda. Sarung biasanya terbuat dari kayu, kadang-kadang dilapisi logam. Sarungnya memiliki potongan kayu lebar, seringkali berbentuk perahu, untuk melindungi pelindung pada bilahnya.
Beberapa mengatakan keris berasal dari abad ke-14 Kerajaan Majapahit di Jawa, di mana mereka digunakan untuk upacara keagamaan daripada pertempuran. Keterampilan pandai besi dianggap magis. Keris dianggap sebagai pusaka suci.
keris
Keris adalah jenis budaya pendek Austronesia yang digunakan lebih dari 600 tahun yang lalu. Budaya-budaya ini unik di dunia Melayu dan dapat ditemukan di daerah berukuran Melayu seperti Indonesia, Nusantara, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan Brunei. </div><div>Nama yang digunakan untuk keris berbeda-beda di setiap daerah seperti sundang di Mindanao, kerut di Bali dan kareh di Sumatera. Kata keris konon berasal dari bahasa jawa kuno yaitu rona nakal yang berarti ikat pinggang. Hal ini mengacu pada sosok ikat pinggang di kepala keris pada tahap awal. Keris digunakan untuk pertahanan diri dan sebagai alat kerajaan. Budaya ini juga merupakan lambang kedaulatan orang Melayu. Keris yang paling terkenal adalah keris Taming Sari yang merupakan budaya dari Hang Tuah, seorang pendekar melayu yang terkenal. </div><div>Keris berasal dari kerajaan Sriwijaya Kepulauan Jawa dan deskripsi keris ditemukan di Candi Borobudur. Keris kuno digunakan antara abad ke-9 dan ke-14. Budaya ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu mata, kepala dan sarung.
Menurut lapak keris terjangkau (2021)Keris, atau dikenal sebagai keris, adalah keris khas Indonesia yang asimetris yang menyebar dari pulau Jawa ke banyak bagian nusantara seperti Sumatra, Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi Selatan, Kalimantan, dan Asia Tenggara. daerah yang sekarang dikenal sebagai Nusantara, Brunei, Filipina selatan, Thailand selatan, dan Singapura.
Baik sebagai budaya maupun benda spiritual, menurut para pen digunakan untuk pajangan, sebagai jimat yang memiliki kekuatan gaib, budaya, pusaka yang disucikan, perlengkapan pembantu prajurit istana, asesoris pakaian upacara, penunjuk status sosial, dan/atau lambang kepahlawanan. </div><div>Orang Indonesia cukup percaya takhayul dan keris sering dianggap memiliki esensi atau kehadiran, dengan beberapa bilah memiliki keberuntungan dan yang lain memiliki nasib buruk. Seiring waktu, spiritualitas dan mitologi yang kaya telah berkembang di sekitar belati.
Istilah "keris" diyakini telah berevolusi dari kata Jawa kuno ngeris yang berarti 'menusuk' atau 'menusuk'. Keris adalah terjemahan Eropa dari istilah Jawa ini dan, sementara keris lebih sering digunakan dari keduanya di dunia Barat, "keris" adalah ejaan yang disukai di sini dan di negara asal belati.
</div>Mek Doooonaaalllhttp://www.blogger.com/profile/02335664266491381702noreply@blogger.com